Mencari Kembali Nikmat Tuhan Yang Terdustakan



“Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?” Ayat ini tak asing ditelinga saya, kerena saya sering mendengarnya di Murratal Qur’an surat Ar-Rahman. Ayat ini begitu istimewa sehingga beberapa kali di sebutkan dalam surat Ar-Rahman. Namun, saya belum menyadari keistimewaan ayat tersebut walaupun tak asing ditelinga. Terkadang saya melupakan akan maknanya, apalagi sudah berbulan-bulan tidak mengkaji lagi Ayat-Ayat Allah SWT ini.
Saya jadi teringat salah satu guru THQ saya waktu ‘Aliyah, yaitu Bu Imas. Beliau selalu menasihati saya bahwa belajar apalagi menghafal Al-Qur’an, alangkah baiknya jika tidak hanya sekedar menghafal tetapi sambil memaknainya. Sejenak saya berfikir, ternyata makna dari ayat ini begitu dalam. Realisasinya sungguh nyata. “Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”. Dalam ayat ini Allah SWT memperingati kita agar tidak kufur nikmat dan selalu bersyukur bahwa nikmatNya tak bisa di dustakan.
Dewasa ini banyak kasus pejabat yang terlibat korupsi. Kenapa mereka korupsi? Padahal gaji yang mereka dapat dirasa lebih dari cukup? Itulah manusia, sering mencari dan berambisi apa yang kurang darinya tanpa mensyukuri apa yang telah Allah SWT berikan. Maksud berambisi disini yaitu senang akan mencari kemadharatan yang dibenci olehNya. Bukankah agama Islam mengajarkan kesederhanaan? Dan terkadang kesederhanaan itu sering kita lupakan.
Allah SWT menunjukkan makna ini, sungguh ayat ini begitu istimewa. Saya sekarang tersadar dan betapa besar karunia dan nikmatNya. Dalam menghadapi kesulitan, terkadang saya berfikir dimana nikmat Tuhan? Apa yang harus saya lakukan? Biarkan pikiran negatif ini menghilang. Karena sekarang saya tersadar akan nikmatNya yang begitu luas.
Saya hanya ingin sedikit bercerita tentang nikmat Tuhan yang sempat terdustakan. Kejadian ini dimulai ketika saya lulus SBMPTN. Ketika itu saya risau, bingung tentang perasaan ini. Apakah harus senang, sedih, atau marah. Senang yang pastinya banyak perjuangan dibalik tembusnya SBMPTN ini. Tetapi, sedih tatkala bapa melarang saya melanjutkan kuliah tahun ini dengan dalih faktor ekonomi. Saya mengerti hal itu, tetapi saya juga kesal. Kenapa Allah memberikan ‘nikmat’ tak dirindukan ini? Saya sedikit berontak. Akhirnya saya beranikan diri ‘kekeuh’ kepada bapa bahwa saya ingin kuliah tahun ini. Nenek dan ibu saya mencoba meyakinkan bapa. Hasilnya? Alhamdulillah akhirnya bapa pun mengiyakannya. Itu point ke 1 “Nikmat Tuhan yang Sempat Terdustakan”.
Kebetulan saya sendiri dapat beasiswa sehingga tidak perlu repot-repot membayar UKT ke pihak perguruan tinggi. Dan itu point ke 2 “Nikmat Tuhan yang Sempat Terdustakan”. Setidaknya saya bisa lega sejenak terbebas dari biaya kuliah, Alhamdulillah. Tapi kelegaan itu berubah lagi tatkala bapa saya harus menyiapkan uang yang tidak sedikit untuk mempersiapkan kostan saya. Sempat hati saya tergoyahkan, dilema antara lanjut atau menundanya setahun. Disisi lain saya juga tidak tega harus menjadi beban (lagi) bagi orang tua. Pikiran saya tak karuan entah harus bagaimana, harus melepas kesempatan itu sedangkan banyak hal yang telah saya korbankan untuk bisa tembus SBMPTN.
Nikmat Tuhan memang tak boleh didustakan! Allah SWT menjawabnya. Ia memberi pertolongan pada saya. Alangkah beruntungnya saya mempunyai keluarga yang sangat baik. Dengan pertolonganNya, mereka mencoba membantu saya dan akhirnya ayah saya tidak harus menyiapkan uang dengan jerih payahnya yang bahkan belum mampu dia tanggung. Ini point ke 3,4, dan seterusnya sehingga banyak point-point yang sempat terdustakan. “Maka Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”. Kalaupun saya sebutkan point-point “Nikmat Tuhan yang sempat terdustakan”, rasanya takkan mampu saya sebutkan satu-satu. Saya menjadi malu pada Tuhan, betapa naifnya diri ini karena banyak NikmatNya yang terlupakan.
Sejelek-jeleknya manusia pasti tempat kembalinya hanya padaNya. Namun karena kerakusan dan kesombongan manusia, mereka menjadi terlena dan terbuai hal-hal duniawi. Tidak ada setitik celah untuk ingat kepadaNya. Tidak pernah terpikirkan bagaimana skenario pertolonganNya yang begitu indah dan Nikmat-nikmatNya yang tak terduga. Jadi, “Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”

Tasikmalaya, 20 Agustus 2015

Komentar

Postingan Populer