Si Hitam Manis, Penguat Mimpiku


Setiap orang pasti mempunyai teman. Eh, tapi teman apa nih? Teman itu tak selalu orang, benda mati pun bisa menjadi teman kita. Aku juga punya teman, yaa benda mati maksudnya. Aku tak bisa hidup tanpanya, pasti ia selalu aku bawa kemanapun *hehe. Ia si hitam manisku selalu menemaniku ketika suka maupun duka. Benda dengan lensa kanan dan kiri lengkap dengan bingkai hitamnya.
Kesan pertama ketika mengenakannya agak tidak biasa, seperti ada sesuatu yang mengganggu dibagian atas hidung. Oh ya! Perkenalkan namaku Zulfa. Sekarang aku mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Jawa Barat. Kalau ditanya sejak kapan mengenakan si hitam manis ini, ya lebih dari tiga tahun. Cukup lama sih, apalagi kedua lensa ini menjadi saksi perjuanganku ketika SMA. Banyak pengalaman-pengalaman yang telah aku lewati bersama si hitam manis ini. Dengan kedua lensa si hitam yang tajam, aku dapat melihat senyum manis orang-orang, melihat hijaunya pepohonan, melihat birunya langit dengan jelas, dan pastinya dengan si hitam aku dapat mulai meraih impian-impian yang aku buat.
Si hitam ini sangat berarti bagiku. Pernah suatu kejadain ketika aku lupa membawanya ke sekolah. Masalah pertama yang aku dapatkan yaitu tidak bisa mengikuti pembelajaran secara maksimal, akhirnya yaa apalagi kalau tidur *hehe, jangan ditiru dirumah ya adik-adik*. Hari itu benar-benar membuat mood ku turun. Masalah kedua yaitu ketika ketika bel istirahat berdering, lantas ku langkahkan kaki menuju kantin. Ketika perjalanan ke kantin, terlihat dari jauh seperti teman kelasku. Lalu aku lambaikan tangan padanya dengan senyum lima senti sambil teriak-teriak namanya. Tapi ada yang aneh, kenapa dia tidak menoleh sedikitpun. Karena penasaran aku dekati dia, lalu dia membalikkan badannya. Jleb! Mau disimpan dimana muka aku? Ternyata ia bukan temanku. Ah! Mood ku semakin kacau.
Terkadang menjadi orang “bolor” itu menyedihkan juga. Bagaimana tidak? Ketika menyesal gara-gara melambaikan tangan pada orang yang salah dan ketika dibilang jutek gara-gara tidak ada yang peduli ketika ada orang yang melambaikan tangan. Huhu salah aku apa coba?
Jadi, betapa berartinya si hitam ini pada kelangsungan aktivitas-aktivitas ku. Bahkan si hitam ini pernah merasakan basahnya air yang keluar dari mataku. Tak terhitung berapa jumlahnya. Aku selalu berharap dengan kacamata ini aku dapat melihat dunia yang indah ini, bertemu dengan orang-orang hebat, serta dapat merasakan lagi basahnya air “kesuksesan” dari mataku. Aamiin

Komentar

Postingan Populer