Inspired by kuliah dhuha
Minggu terakhir kuliah dhuha benar-benar kejutan yang tak
terduga. Oh iya ada yang tau kuliah dhuha itu apa? kuliah dhuha ini merupakan acara UKM KISI
(Kerohanian Islam) di Universitas Siliwangi yang diadakan setiap tahunnya
dengan peserta para mahasiswa baru. Kuliah dhuha diadakan 4 minggu
berturut-turut. Dari mulai minggu pertama sampai terakhir, narasumber nya
hebat-hebat. I respect to kuliah dhuha event!
Ada satu hal yang benar-benar membuat saya terkejut pas
kuliah dhuha di minggu terakhir. Jadi, pas sesi akhiran gitu panitia KISI
mengundang beberapa komunitas yang ada di kota Tasikmalaya. Salah satunya
komunitas Kelas Inspirasi. Kelas Inspirasi adalah komunitas yang bergerak di
dunia pendidikan dibawah naungan Indonesia Mengajar. Nah, Indonesia Mengajar
ini organisasi yang dibentuk pak Anies Baswedan. Tau kan pak Anies Baswedan itu
siapa, kebangetan kalo yang ga tau. Hehe beliau adalah yang sekarang menjadi
menteri Pendidikan. Terus apa nih pebedaan antara Indonesia Mengajar dengan
Kelas Inspirasi? Berdasarkan tujuan, keduanya mempunyai tujuan yang sama. Yakni
memajukan dunia pendidikan Indonesia khususnya jenjang sekolah dasar dengan
mendelegasikannya kepada anak-anak Bangsa yang dianggap mampu dan sebelumnya
sudah melewati pelatihan untuk mengabdikan dirinya ke pelosok-pelosok
Indonesia. Adapun perbedaannya adalah pada durasi waktunya. Indonesia Mengajar
rentang waktunya lebih lama, yakni satu tahun masa pengabdian di daerah pelosok
yang sudah ditentukan dan pastinya melalui seleksi yang sangat ketat mengingat
jumlah pendaftar yang semakin meningkat tiap tahunnya. Nah, sedangkan Kelas
Inspirasi hanya satu hari dengan mengumpulkan para profesionalisme untuk
membagi inspirasi dari pekerjaannya kepada anak-anak sekolah dasar.
Dengan tujuannya yang begitu mulia, saya memang tertarik
ingin ikut terlibat didalamnya. Dan kuliah dhuha menjawabnya. Alhamdulillah, Akhirnya
saya bisa ikut bergabung di Kelas Inspirasi ini. Sebenarnya saya sudah tau
tentang gerakan Indonesia Mengajar dan Kelas Inspirasi sejak SMA. Pas baca-baca
terus “kepoin” aktivitas-aktivitasnya, sontak hati nurani saya tergerak. “Wah,
ini gerakan yang sangat bagus”, ucap saya dalam hati. Seketika itu juga
semangat saya langsung naik, apalagi saya bakal senang kalau disuruh mengajar.
Bagi saya mengajar itu bukan hanya sekedar memberi ilmu, tetapi lebih dari itu.
Ada nilai ibadah nya juga, gitu. Mengajar itu seperi menyiram bunga. Kenapa?
Karena tanpa disiram, sebuah tanaman tidak akan tumbuh dan menghasilkan bunga.
Anggap saja bunga ini adalah kesuksesan. Saya jadi teringat ketika menjalani
tugas PPL di sekolah. Waktu itu saya ditugaskan di salah satu desa yang ada di
Garut. Salah satu kegiatan kami disana yaitu mengajar anak-anak sekolah dasar.
Disana kan dibagi-bagi kelas, kebetulan saya kebagian ngajar di kelas tiga SD.
Hari pertama pasti pengenalan dulu, tiba-tiba “sense kepo” saya muncul. Apalagi
lihat wajah-wajah mereka ceria banget, seperti semangat kebanyakan anak SD yang
penuh energy lah. Melihat situasi seperti ini, akhirnya saya manfaatkan aja.
Saya cuma pengen tau, kira-kira udah gede nanti mereka pengen jadi apa sih?.
Cuma ingin membuktikan persepsi aja sih, apa anak-anak sekarang lebih kreatif
atau sama seperti saya waktu SD yang hanya melihat profesionalisme paling populer,
yaitu guru dan dokter. Jawabannya tidak terlalu variatif , anak-anak masih
terpaku pada guru, dokter, pengusaha, tapi ada juga yang ingin jadi ustad.
Jawaban terakhir membuat saya tertegun sejenak, saya Tanya alasannya kenapa
pengen jadi ustadz? Jawabannya sungguh luar biasa. Anak itu bilang bahwa
dirinya pengen jadi ustad biar bisa ngebuat anak-anak yang lain lebih sholeh.
Cukup logis juga, apalagi yang saya lihat di desa itu ustadz nya memang masih
kurang. Jadi semacam harus ada penerus gitu. Intinya selama dua minggu berada
di desa itu, banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan. Sekaligus biar punya
bayangan lah nanti kalau diitakdirin jadi Pengajar Muda (Indonesia Mengajar).
Aamiin
Komentar
Posting Komentar